Aklimatisasi dan Nurseri Anggrek
Aklimatisasi adalah adaptasi iklim dari suatu organisme.
Pada tanaman yang dipindahkan ke lingkungan yang baru, penyesuaian ini
ditujukan terutama terhadap cahaya dan kelembaban serta suhu lingkungan
sekitarnya. Tujuan aklimatisasi untuk mempersiapkan tanaman untuk dapat hidup
di lingkungan yang baru. Perubahan lingkungan selama aklimatisasi mempengaruhi
anatomi dan fisiologi tanaman (Sutarni dan Moeso, 1990).
Aklimatisasi merupakan periode paling kritis dalam
perbanyakan secara kultur in vitro karena merupakan peralihan dari heterotrof
atau organisme yang kebutuhan makanannya tergantung dari bahan organik ke
autotrof yaitu organism yang dapat membuat makanan dari zat-zat anorganik.
Menurut Wetherel (1982), biasanya planlet yang dipindahkan
dari kultur in vitro ke dalam pot pemeliharaannya selama masa peralihan lebih
peka terhadap cahaya yang kuat, kekurangan air dan hama serta penyakit. Pada
awal aklimatisasi tanaman ditaruh dalam wadah-wadah yang lembab dan pada
tempat-tempat yang terlindung cahaya selama beberapa minggu, dan digunakan
sungkup plastik untuk mempertahankan kelembaban tinggi pada lingkungan
sekeliling tanaman, karena hal tersebut sangat dibutuhkan oleh tanaman yang
masih lemah. Agar tanaman makin kuat, intensitas cahaya perlu dinaikkan dan
kelembaban diturunkan, keduanya dilakukan secara bertahap. Tahap ini harus
dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari kerugian akibat kematian tanaman.
Setelah melalui proses aklimatisasi bibit tanaman perlu
dipindahkan ke nurseri (pembibitan tanaman) agar tanaman dapat tumbuh lebih
baik. Dalam nurseri dilakukan pemeliharaan pada bibit tanaman anggrek seperti
halnya tanaman konvensional lainnya, sehingga cukup kuat dan tegar untuk dapat beradaptasi
dengan lingkungan luar. Pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan meliputi
penyiraman, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit (Sutarni dan Moeso,
1990).
Kelembaban merupakan persyaratan tumbuh yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman anggreke Oleh karena itu penyiraman perlu dilakukan
dengan frekuensi yang tidak terlalu sering, artianya diusahakan agar tanaman
tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah, karena air yang berlebihan dapat
menyebabkan kebusukan pada akar dan daun, serta dapat mengundang hama dan
penyakit. Selain itu pemupukan juga menentukan keberhasilan pada pembibitan
tanaman anggrek.
Pada masa vegetatif, tanaman anggrek membutuhkan pupuk yang
mengandung unsur nitrogen yang tinggi, dengan kadar unsur fosfor dan kalium
yang seimbang serta mengandung unsur mikro yang lengkap (Widastoety, 2003b).
No comments:
Post a Comment